dinding yang menggelitik tamparkan rona warna hitam
mengaum seperti tikus kecil yang tak lg bisa melirik
langkah beradu tindikkan rasa manis yang berubah menjadi pahit
dan kerengkuhan jeruji yang lari tanpa sembunyi
derai derai tiap selasih yang jatuh hindari tempayan hijau
mencakari tiap tepi kain selamat
menindas dan menjarah menaungi kobaran api
lari dan tembuskan hingga dahan tak lagi goyang
kumparan dan terik yang meraja
menetes dan tak lagi mengulang
ku termangu
ku pandang tiap malam yang membisu
berteman dengan sepoi angin malam
gelagapan menyebut karuniamu
karena aku hanyalah hamba yang hina